Jumat, 18 Desember 2009

tips 6

WABAH BUNUH DIRI
(Pengantar Makalah)

Sebuah permasalahan begitu menarik perhatian saya akhir-akhir ini, yaitu merebaknya peristiwa bunuh diri di masyarakat kita. Orang-orang dengan begitu mudahnya mengakhiri hidup tanpa berfikir panjang. Wabah bunuh diri ini seolah menjadi tren baru yang banyak diminati masyarakat dewasa ini, tanpa mengenal batasan status sosial, ekonomi, pendidikan, maupun usia. Bunuh diri tampaknya dianggap sebagai dewa penolong yang memberi solusi bagi setiap permasalahan.
Studi kasus yang akan saya paparkan dari 3 peristiwa serupa dengan latar berbeda yang terekspos media, diantaranya:
Kasus 1
Seorang siswa Sekolah Dasar berusia 12 tahun di salah satu daerah di Indonesia ditemukan tewas tergantung di kamarnya. Kemudian diketahui penyebab bunuh dirinya itu adalah karena ia tidak lulus dalam Ujian Akhir Nasional (UAN).
Kasus 2
Seorang ibu di Bandung tega menghabisi nyawa keempat anaknya kemudian ia sendiri mengakhiri hidupnya. Himpitan ekonomi membuatnya gelap mata dan akhirnya menyerah pada hidup dengan jalan tersebut.
Kasus 3
Peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pemuda yang baru menyelesaikan studinya di Australia juga menggemparkan masyarakat kita baru-baru ini. Motifnya belum diketahui dengan pasti, tetapi tampaknya ekonomi bukan menjadi alasan baginya untuk melepaskan nyawa dengan sia-sia.
Ketiga kasus di atas menunjukkan pada kita bahwa tidak ada batasan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, atau ekonomi bagi pelaku bunuh diri. Kesamaan yang kita temukan adalah sudut pandang mereka terhadap persoalan yang dihadapi dan jalan yang dipilih. Mereka menganggap bahwa bunuh diri merupakan solusi terbaik untuk melepaskan beban mereka. Para pelaku tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka menambah persoalan baru yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Permasalahan yang saya temukan adalah:
1. Mengapa orang dengan mudah mengakhiri hidupnya tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkannya?
2. Benarkah bunuh diri itu sebuah solusi?
3. Apakah bunuh diri yang banyak terjadi di masyarakat merupakan adaptasi dari tradisi harakiri di Jepang?
4. Mengapa bunuh diri begitu cepat mewabah di masyarakat kita?
5. Adakah korelasi antara budaya, kepedulian masyarakat dengan peristiwa bunuh diri?
Sangat disayangkan, kesempatan hidup yang Allah berikan dibuang secara percuma. Suatu bangsa bagai rantai yang seharusnya saling menguatkan antar elemennya. Mungkin kesadaran inilah yang kurang dimiliki oleh masyarakat kita sehingga terbentuk individu-individu dengan tingkat egoisme yang begitu tinggi. Dari permasalahan-permasalahan di atas, saya merasa tertarik untuk mengembangkannya melalui perspektif agama, sosiologi, dan psikologi.
Bagi rekan-rekan pembaca yang memiliki bahan bagi materi tersebut, ide, saran maupun kritik, saya sangat membuka diri dan mengharapkan dukungan dari semua pihak. Mari kita sama-sama memperbaiki tatanan moral bangsa, dimulai dari lingkungan terdekat kita demi terciptanya kualitas hidup bangsa yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed by Animart Powered by Blogger