MENTALITAS ANAK NEGERI
Seorang anak ditemukan di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, pada pukul 08.00 WIB. Ia masih mengenakan seragam Sekolah Dasar tanpa alas kaki tatkala ditemukan oleh seorang petugas keamanan stasiun. Kemudian ia di bawa ke kantor polisi setempat. Diketahui, ternyata bocah itu berusia 9 tahun, masih duduk di kelas 3 SD. Ia kabur dari Jakarta, kemudian menjadi penumpang gelap di kereta api jurusan Jakarta-Yogyakarta. Alasannya kabur dari rumah, karena ia sering dimarahi oleh kedua orangtuanya.
Penggalan peristiwa di atas terjadi beberapa hari lalu dan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Apa yang terjadi bukanlah bukanlah peristiwa pertama d negeri kita. Begitu banyak anak-anak yang lari dari rumah hanya karena masalah sepele. Masih beruntung saat anak itu ditemukan oleh petugas kepolisian atau orang-orang yang bermoral. Tetapi tidak sedikit pula anak yang tidak seberuntung itu, jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab sehingga akhirnya menjadi korban perdagangan anak.
Selemah itukah mental anak negeri?
Sedangkal itukah cara berfikir anak negeri?
Inikah hasil pendidikan moral anak negeri?
Pendidikan mulai diberikan sejak dini di lingkungan keluarga hingga lembaga sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan mental seorang anak. Kelemahan terbesar dalam pendidikan keluarga maupun sekolah adalah kontrol sosial yang sangat terbatas sehingga pengaruh buruk di luar lingkup keluarga maupun sekolah tersebut tidak terdeteksi dengan baik
Kemudahan teknologi komunikasi memungkinkan anak-anak kita memperoleh berbagai informasi yang belum tersaring dengan baik. Sehingga kondisi mental mereka yang masih labil begitu mudah menyerap informasi dan akhirnya mempengaruhi pemikiran mereka. Alhasil, berbagai aksi nekad dan konyol pun dilakukan tanpa memikirkan resiko.
Kenekadan dan kekonyolan ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Bukan pula bukti kecerdasan atau keberanian dalam rangka uji nyali. Ini adalah bukti kelemahan mental anak negeri yang begitu mudah menyerah menghadapi persoalan, begitu mudah lari dari permasalahan. Bukti ketidakmampuan dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Kelemahan pendidikan keluarga dan sekolah lainnya adalah kurangnya penanaman moral dan penanaman tanggung jawab terhadap anak. Orang tua, dewasa ini cenderung memberi kepercayaan berlebihan tanpa diiringi penekanan tanggung jawab di dalamnya. Hal ini menyebabkan anak bertindak semaunya. Padahal anak tidak akan mengetahui mana yang benar atau salah bila tidak diberitahu dan tidak senantiasa diingatkan.
Pergeseran nilai di negeri ini sudah semakin memprihatinkan. Karena itu, dibutuhkan kerjasama antara lingkungan keluarga, pihak sekolah, maupun lingkungan masyarakat dalam membentuk pribadi-pribadi yang bertanggungjawab, bermoral dan beretika. Kelemahan mentalitas anak negeri ini harus diperbaiki secepat mungkin agar tidak semakin rusak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar