Kamis, 26 November 2009
Elshafani Vijsma - Hari Ke-3
Malam ini aku mencoba mengurai kembali setiap langkah perjalanan hidupku. Sampai saat ini banyak hal yang membuatku tak mengerti, membuatku mencari berbagai jawaban. Aku bagai daun yang diterbangkan angin, tak tahu akan ke mana, tanpa arah.
Aku terlahir sebagai sulung dari 3 bersaudara. Kedua orang tuaku begitu menjagaku bahkan cenderung over-protective. Hingga aku terbentuk menjadi pribadi yang lemah, tak hanya lemah fisik yang membuatku mudah jatuh sakit, tetapi juga lemah secara mental. Aku begitu mudah jatuh mental, mudah menyerah, takut terhadap berbagai hal, dan senantiasa bergantung kepada kedua orang tuaku.
Meskipun demikian, aku tak pernah menyalahkan cara orang tuaku melimpahkan dan menunjukkan kasihsayangnya yang seperti itu. Aku begitu menjunjung tinggi, menghormati, dan mencintai mereka. Bagiku mereka adalah segalanya.
Hingga suatu hari seseorang membuka mataku.
Aku mengenalnya 4 tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Hari pertama masuk sekolah adalah hari yang paling berkesan bagiku. Dia senior yang mengorientasi kami, murid baru di sebuah SMA di kotaku. Saat para senior menggojlok kami, dia memberi perhatian lebih padaku juga begitu melindungiku.
Hari berganti, kedekatanku dengannya semakin bertambah. Intensitas pertemuan kami pun semakin tinggi. Awalnya aku sangat takut saat dia mendekatiku karena aku senantiasa mengingat pesan kedua orang tuaku yang melarang berdekatan dengan laki-laki. Aku mencoba memahami kekhawatiran mereka padaku. Tetapi dia sungguh membuatku merasa begitu berarti, berada di dekatnya sungguh membuatku tersanjung. Hingga akhirnya perlahan tapi pasti aku mulai mengabaikan larangan orang tuaku.
Dia sosok yang baik, menurutku. Dia selalu bersikap baik dan sopan padaku, kurasa pada semua orang pun sikapnya memang seperti itu. Alas an itu pulalah yang akhirnya membuatku memutuskan untuk menerimanya menjadi kekasihku. Dia membuatku merasa nyaman dan aman. Aku bias bercerita panjang lebar, mengungkapkan seluruh isi hatiku padanya. Kami saling bertukar pikiran, mendiskusikan berbagai hal, mencari solusi untuk berbagai permasalahan yang kami temukan.
Setelah mengenal dia lebih jauh, aku semakin merasa yakin padanya. Tetapi aku semakin jauh dengan orang tuaku seakan diantara kami ada dinding yang sangat tebal yang memisahkan. Sebetulnya dia tak pernah mempengaruhiku untuk menjauh dari orang tua, tetapi semakin bertambah usia semakin sering terjadi percekcokan antara kami. Sungguh aku sangat mencintai mereka, tetapi banyak perbedaan pendapat dan keinginan antara kami.
to be continued………………….
Selasa, 24 November 2009
SIANG INI
Siang ini langit kelabu
Siang ini gerimis menemani
Siang ini daun berguguran mencium bumi
Siang ini bumi basah
Siang ini ulat menggigil di balik selimutnya
Siang ini semut beriring mencari kehangatan
Siang ini aku tergugu
Siang ini aku kelu
Siang ini aku semu
Siang ini aku tersaruk
Elshafani Vijsma - Hari Ke-2
Setiap orang pasti memiliki mimpi, angan, cita-cita, dan harapan. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk yang diamanati akal oleh Sang Pencipta. Selain akal, manusia pun dibekali nafsu sehingga menghasilkan berbagai keinginan. Perpaduan antara akal dan nafsu inilah yang menyebabkan manusia memiliki harapan dan berjuang menggapainya.
Namun, mengapa ada saja manusia yang putus harapan? Ada beberapa alasan yang diindikasi sebagai penyebab putusnya harapan pada manusia. Diantaranya:
· Factor pertama dan yang paling utama adalah lemahnya iman manusia. Saat manusia tak lagi percaya dan yakin kepada pertolongan Allah SWT, saat manusia tak lagi bergantung dan berpegangteguh pada Allah SWT, maka saat itulah manusia akan kehilangan asanya. Padahal Allah SWT takkan menguji manusia di luar batas kemampuannya. Allah SWT juga takkan menjauh dan meninggalkan manusia, hanya saja manusia yang mudah lalai dan meninggalkan Allah SWT.
· Kurangnya dukungan dari lingkungan terdekat juga dapat menjadi penyebab putusnya harapan manusia. Bahwa kebutuhan dasar manusia adalah keeksistensian, pengakuan, dan rengkuhan dari sekitar tak dapat dipungkiri. Siapapun dia, di manapun dan kapanpun, pasti memiliki kebutuhan dasar ini. Ketika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka besar kemungkinan menyebabkan hilangnya asa.
· Krisis kepercayaan diri menjadi salah satu penyebab mudahnya manusia kehilangan angannya. Manusia akan jauh lebih mampu menghadapi berbagai badai yang datang menyapa dalam kehidupan jika manusia memiliki kesiapan diri, salah satunya dengan kepercayaan diri secara penuh. Ketika kepercayaan dirinya hilang, maka dia akan dengan mudah tumbang meskipun hanya diterpa angin sepoi-sepoi.
Dari indikasi di atas, menjadi hal wajib bagi setiap manusia yang ingin tetap survive dalam hidup untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanan, mandiri, bersikap sebaik-baiknya terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Berbagai angan yang dimiliki oleh manusia menyebabkan berkembangnya peradaban dan kebudayaan manusia. Kemudahan fasilitas hidup yang kita rasakan sekarang ini merupakan perwujudan mimpi, angan, dan cita-cita manusia. Tanpa cita-cita besar manusia, kita takkan mungkin dapat menikmati segala fasilitas yang ada dewasa ini.
Karena itu, janganlah kita berhenti berangan, jangan lelah menggapai mimpi, jangan takut menjemput asa, dan jangan menyerah dalam mewujudkan harapan. Di mana ada kemauan, di situ pula terbentang jalan bagi kita. Tetap berpegangteguh pada Yang Maha Kuasa dan tetap menatap masa dengan asa, niscaya kegemilangan akan menyapa.
curhatan 2
Bahwa hari takkan terulang
Bahwa nafas takkan kembali
Bahwa hidup hanya sekali.........
Kita tentu takkan pernah mengisinya
Dengan airmata dan duka
Hati yang luka takkan memberi duka
Lara yang menyapa takkan meninggalkan nestapa
Namun terkadang diri tak memberi
Diri tak mengganti
Diri tak berarti
Dalam kesadaran abadi
Elshafani Vijsma - Tips Pertama Lanjutan - Hari ke-1
Masih dengan kebingungan saya yang tak ada habisnya mengenai tulis-menulis. Alasan saya masih cukup banyak untuk mengungkapkan kebingungan saya. Tapi rasanya jenuh juga bila saya hanya menceritakan kebingungan saya mengenai dunia tulisan. Saya akan mencoba menyampaikan kebingungan saya mengenai berbagai hal. Bila diantara kalian memiliki solusi untuk kebingungan-kebingungan saya ini, tolong sampaikan pada saya.
Saya bingung tentang diri saya yang kurang baik ingatannya. Saya terlalu mudah lupa akan segala hal. Saya sendiri sudah mengintrospeksi, mungkin saya kurang berkonsentrasi, atau mungkin terlalu banyak kesalahan yang saya lakukan sehingga menyebabkan kinerja memori saya terhambat. Saya bisa dengan mudah melupakan kejadian kemarin sore, atau teman saya yang baru berpisah.
Saya bingung tentang peristiwa yang terjadi dalam hidup saya. Terkadang saya berpikir, mungkin saya ditakdirkan dengan berbagai peristiwa yang tidak terjadi pada orang lain. Tetapi saya mencoba menyadari bahwa Allah memberi segala sesuatu hal pada seluruh makhluk-Nya dengan kadar yang sesuai. Mungkin saya akan jauh lebih tidak siap bila harus menghadapi peristiwa yang dialami orang lain.
Saya bingung terhadap kesiapan diri dalam menerima setiap kejutan yang terjadi dalam hidup saya. Airmata ataupun gelak tawa tak mampu saya kelola dengan baik. Saya cukup kesulitan mengelola emosi dalam diri agar terkontrol dengan baik sehingga dalam kondisi apapun takkan mengubah perilaku dan mimik wajah.
Saya bingung menghadapi orang yang membuat saya merasa tidak nyaman. Bahwa fitrah manusia mencari kenyamanan tidak dapat dipungkiri. Tetapi bagaimana seharusnya saya bersikap dalam situasi yang membuat saya merasa tidak nyaman cukup menyulitkan saya. Ikhlas sebagai kunci ketenangan jiwa ternyata sangat sulit dicari dan ditemukan. Butuh proses dan pembelajaran yang tiada hentinya.
Ternyata kebingungan saya sangat banyak, dan bila diuraikan hingga habis rasanya takkan ada habisnya. Ya, mungkin itulah proses belajar yang dikatakan Rasul s.a.w. bahwa menuntut ilmu itu dari mahdi hingga lahdi. Kita memang takkan bisa berhenti untuk mencari segala hal yang tidak kita mengerti.
Jadi, saya dan kita harus terus belajar, dalam segala hal, dengan atau tanpa lembaga. Setuju??????????????
Elshafani Vijsma - Tips Pertama - Hari ke-1
Sesuai dengan judul, kata ini yang pertama kali terlintas dalam benak saya. Mungkin memang saya tidak ukup berminat dalam dunia tulis-menulis. Buat saya dunia ini lebih rumit dan menakutkan daripada film-film horor yang banyak diminati masyarakat Indonesia dewasa ini. Cukup banyak alasan yang melatarbelakangi kebingungan saya dalam menulis.
Alasan pertama kesulitan saya dalam menulis adalah menentukan tema apa yang harus saya tulis. Walaupun sangat banyak materi yang bisa dikemukakan tetapi bukan berarti menentukan pokok pembicaraan itu menjadi hal yang mudah. Bila materi yang harus ditulis tidak ditentukan, sungguh menjadi kendala yang besar untuk saya. Terkadang sekedar menulis pengalaman pribadi pun menjadi hal yang sulit karena bingung menentukan cerita mana yang akan kita pilih.
Alasan kebingungan saya yang kedua adalah sulitnya memulai sebuah tulisan. Terkadang butuh berhari-hari untuk menemukan satu kata pertama yang harus ditulis. Mungkin suatu saat terlintas cerita dalam angan saya, tetapi kemudian saya merasa kebingungan untuk memulai menuliskan kata pertama yang mengawali cerita dalam angan saya itu.
Alasan ketiga…………bersambung.
Saya bakal ulas alasan-alasan berikutnya di curhatan bingungnya saya.
Masih penasaran mengikuti curhat saya khan?
Tunggu di edisi berikutnya.
Kamis, 19 November 2009
curhatan 1
Selasa, 17 November 2009
analisis makalah
Judul Makalah : GERAKAN PEMURNIAN ISLAM : MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB (1115-1206 H/1701-1793 M)
Penulis : Mulyawan S. Nugraha, M.Ag, M.Pd.
Pokok Analisa : 1. Isi
2. Tulisan
3. Penuturan
Tujuan Analisa : Pemenuhan tugas mata kuliah TPKI sebagai UTS semester 3 jurusan PAI, STAI Sukabumi.
Oleh : Elshafani Vijsma
Semester 3a
Pembuka
Bismillahirrahmanirrahi, alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Shalawat dan salam teriring kepada kekasih-Nya, Rasulullah SAW. Terima kasih tiada terkira kepada dosen mata kuliah Tuntunan Pembuatan Karya Ilmiah (TPKI) kami, Mulyawan S. Nugraha, M.Ag, M.Pd, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk meningkatkan intelektualitas melalui tugas penganalisaan makalah beliau. Sejujurnya saya merasa malu terhadap dosen saya, selaku penulis makalah, karena jangankan untuk menganalisa sebuah karya ilmiah, teknik menulis makalah yang baik dan benar saja belum saya kuasai sepenuhnya. Tetapi saya harus berani mencoba dan terus berusaha.
Saya cukup tertarik dengan materi yang disajikan, yaitu mengenai gerakan pembaruan Islam. Paradigma kita tentang gerakan ini yang identik dengan kelompok Wahabi, bahwa Wahabiyah merupakan suatu golongan Islam garis keras yang memperkenalkan Islam secara ekstrem dan tajam. Setelah membaca makalah ini, saya mulai memahami ke arah mana Muhammad bin Abdul Wahhab (selaku pendiri Wahabi) ingin membawa umat Islam. Saya merasa kagum pada tokoh pembaharu ini karena keberanian dan kekritisannya dalam memerangi ketidaksesuaian dan penyimpangan terhadap ajaran Islam.
Secara garis besar, penulis berhasil menyampaikan latar belakang, maksud, tujuan, sejarah, dan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab dengan gamblang kepada pembaca. Penuturannya mengalir dengan lugas sehingga pembaca tidak kesulitan menerima transfer informasi dari penulis.
Hasil penganalisaan saya secara terperinci sebagai berikut:
1. Isi
Pada pendahuluan, penulis hanya mencantumkan sedikit kata kunci yang mengarah pada judul makalah. Petunjuk utama hanya diberikan pada paragraf terakhir pendahuluan. Pokok bahasan lebih banyak mengemukakan tentang Ibnu Taimiyah, sehingga saya nyaris terkecoh bahwa penulis akan mengupas Ibnu Taimiyah dalam makalah ini, meskipun memang sejarah pemurnian Islam tak lepas dari peran penting Ibnu Taimiyah. Saya fikir, komposisi pendahuluan akan lebih mengarah pada kesesuaian judul dengan mengurangi bahasan mengenai Ibnu Taimiyah.
Kemudian pada Bab B mengenai biografi, saya menemukan beberapa hal yang terasa kurang pas penempatannya, diantaranya:
· Sub-bab 2, mengenai tempat dan tarikh lahir, paragraf kedua mengemukakan tentang wafatnya Muhammad bin Abdul Wahhab, padahal mengenai wafatnya dijelaskan khusus dalam sub-bab 5. Saya fikir, paragraf kedua dalam sub-bab 2 itu tidak perlu dan bisa diganti dengan latar belakang keluarganya secara lebih terperinci.
· Sub-bab 4, paragraf terakhir menurut saya terlalu umum karena penulis hanya mencantumkan kalimat “seorang yang pintar” tanpa menuliskan nama tokoh secara khusus. Seharusnya kalimat tersebut menjadi sifat atau kalimat keterangan/penjelas bagi sang tokoh selaku objek bahasan.
· Sub-bab 5, paragraf pertama dan kedua cukup ditulis dalam satu paragraf saja karena masih dalam ruang lingkup bahasan yang sama, serta menghilangkan kata “dan” yang terdapat di awal paragraf kedua tersebut.
Pada Bab E, paragraf ketiga merupakan pengulangan dari Bab C-sub-bab 2-paragraf terakhir. Saya rasa, penulis cukup mencantumkannya di salah satu dari kedua posisi tersebut.
Analisa terakhir mengenai isi, terletak pada penutup. Penulis menyampaikan kelemahan Wahabi sebagai aliran antirasionalis, sementara Muhammad bin Abdul Wahhab meyakini bahwa pintu ijtihad (yang merupakan upaya pencarian hukum yang tidak dijelaskan secara terperinci dalam Al-Qur’an dan hadits dengan menggunakan logika-rasional) masih terbuka. Hal ini menimbulkan kontroversi dalam pemikiran saya. Mudah-mudahan penulis berkenan memberi penjelasan kepada saya.
2. Tulisan
Saya menemukan cukup banyak kesalahan penulisan dalam makalah ini, baik itu berupa kesalahan ejaan, pengunaan kata/kalimat yang tidak
3. Penuturan
Menurut saya,
Penutup
Hanya ini yang dapat saya kemukakan berdasar penganalisaan makalah tersebut. Tentu dalam penganalisaan yang saya lakukan ini banyak terdapat kekeliruan dan ketidakrelevanan. Karena itu, saya memohon maaf atas hal tersebut, dan saya sangat mengharapkan saran serta kritik agar saya dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas diri. Terima kasih.
Wallahu a’lam bisshawab.